Tengok-tengok Penangkaran Buaya, Tritip, Balikpapan Selatan

Posted On 11/21/2013 06:31:00 AM by achankoe | 0 comments

Hari libur Tahun Baru Muharram 1435 H

Nggak nyangka, ternyata hari libur Tahun Baru Muharram 1435 H sudah tiba, tapi kira-kira adek dan kakak ni, mau dibawa kemana ya?

Jadi ingatlah tempat Penangkaran Buaya di Jalan AKP Pronot II, Kelurahan Tritip, Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Akhirnya ..... jadi dah kita ke sana .....



Pagi ba'da subuh, kita siap-siap, adek dan kakak bangun pagi seperti biasa, .. terus shalat subuh, siap-siap bantu Umi buat sarapan, ... buat minum tuk Adek Fida, kemas-kemas permen? ... koq jalan-jalan bekalnya permen ya? ... bekal yang aneh??? ... yang pasti nggak lupa ya bawa air minum dong, ... siapa tau di sana mahal kalo beli minuman ....

Berangkat jam 08.30 WITA-an, .. pake dua motor, yang Jupiter Z, si Abi yang bawa dengan penumpang paling depat Adek Afia, terus supirnya Abi, belakangnya Nayla, baru dah paling buncit, di atas besi Kakak Nadhya dengan bobot yang maknyussss ... hihihi ...

Nah, motor yang satu lagi, ntu motor titipan Pak Hindar, si Revo ....

Supir ojeknya Umi, terus Kakak Fathiyah sambil pegangin adek Sepidol, .... eh Adek Fida maksudnya .... koq mirip kayak orang mudik konvoi pake motor ya???

Kira-kira jam 09-an sampelah kita di lokasi penangkarannya, beli tiket dulu, tiket dewasa harganya Rp15.000,00 per orang, sedangkan anak-anak Rp10.000,00 buat anak bayi kayak Adek Fida, ... gratis .. tis ... tissss .... enak juga ya tuh si Adek Fida ....

Tuh .... lihat, Kakak Nadhya di tinggal .... kejaaaaaar .... yang laen dah siap-siap masuk sarang buaya, siap-siap jantung deg-degan, ..... awas copot, tapi kan yang penting permennya gak lupa .... hihihihihi .. entar biar buayanya di kasih permen biar cs gitu loh ....

Sekarang kita masuk duluuuuu ya ... tuh lihat .... hiiiiii ... ~!@#$$%^& ...

Kakak Nadhya ngintip .... awas! ... nanti ditangkap ama buaya nya ... soalnya empuk, banyak dagingnya ... hihihihiih ...

Nih lagiiiii .... tuh kan dia melototin kita-kita yang lihat, heran kali buayanya ya? koq rame-rame ada apa ya? ... pikirnya ...



Aaaaaaaarrrggghhhhh .......



Nah ... ni dia, udah capeeeek, lihat buaya-buaya laper, akhirnya yang nonton pun ikut laper, terpaksa makan dulu dah, ... apa yang ada disantap ... santaaaap .... persiapan tuk yang berikutnya ..... nyam ... nyammmm ..... nyaaaaaammmmm .... Kakak Afia laper beraaat .... awas nanti bungkusnya ikut kemakan tuh ... soalnya matanya hilang ... hehehehe ..

Adek Fida ama Umi juga isitirahat capek, istirahat di aula yang dikelilingi ama buaya-buaya lapaaaaarrrrrr .....

Sudah kenyang? .... kita lanjut ..... sekarang kita tengok Abi dan Adek Fida, lagi foto bareng ama buaya, ... soalnya di sini juga bisa foto bareng ama buayanya, sekali foto ongkosnya Rp10.000,00, jadi berfotolah Sang Abi dan Adek Fida, plus Kakak Nayla, ... tuh lihat, Abi aja sampe teriak-teriak histeris .... aaaaaaaa!!!!!!, ... coba cek jangan-jangan sampe terkencing-kencing dia, .... kalo Adek Fida mah, malu-malu aja, sambil geli-geli mau pegang buayanya tapi takuuuuuut .... cuma Adek Fida gak nangis, ... hehehhhe .... :)

Tapi ..... ada lagi nih, yang gak kalah hebatnya dari Abi ama Adek Fida, tuh lihat Kakak Fathiyah, Kakak Nadhya, dan Kakak Nayla, dia orang berani naik ke atas buaya yang lagi mangap dan sambil santai-santai aja, sambil minum es tebu asli, apalagi Kakak Nadhya, tuh sambil berdiri lagi .... hebat kan?????? .....

Tengok-tengok buaya sudah, makan-makan sudah, .... minum-minum ??? pun sudah, isitirahat???? apalagi, sudah pun ...

Sekarang kita mau pulang, tapi sebelum itu, mampir dulu kenalan ama teman lama, ... lamaaaaaa sekali, sampai lupa kapan kenalannya,...... sekalian foto bareng gituuu .....

Nih dia penampakkannya ......

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Posted On 11/21/2013 06:15:00 AM by achankoe | 0 comments

Antara Aku dan Kamu Soal postur .. Saya lebih pendek dari kamu ... padahal kita sudah sering membandingkan di depan kaca, pun masih tetap lebih pendek, meski kadang-kadang terlihat saya sudah lebih tinggi, ... ya lumayanlah, meski pun cuma kadang-kadang ... Soal wajah .. Jelas dong kita berbeda, kamu wanita dan aku pria, nggak mungkin sama???? Tapi, bagaimanapun saya pasti lebih tampan dibandingkan dirimu .... Kalau yang ini, jelas dong, ... Tapi, kamu jelas lebih cantik dari aku, .... soalnya aku lebih tampan ... Soal body .. Wah kalau ini .. gimana ya?? Soalnya kamu jauh lebih putih dari aku, karena aku tidak mau dikatakan aku lebih hitam dari kamu ... Aku lebih gemuk dari kamu, ya meski sebenarnya aku tidak merasa gemuk, kalo gendut (itu pun) sedikit, ya aku terima ... Soal Wawasan Aku tidak sadar kalau ternyata aku terlalu sulit untuk tahu apa keinginan kamu, dan aku lebih tidak sadar lagi, kalau ternyata kamu sangat tahu tentang diriku, bahkan hal-hal yang aku sendiri tidak tahu tentang diriku ... Soal Ketegaran ........... Tadinya aku berpikir, aku lebih tegar dari kamu dan aku yakin akan hal itu, ... tapi seiring waktu berjalan, ... terkuak sedikit demi sedikit, kalau ternyata kamu jauh lebih tegar dari aku, ... akhirnya aku hanya berharap semoga Yang Maha Kuasa menularkan ketegarana kamu untuk aku .... Soal Ketegaran

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Ada Beribu Cinta di Balik Kedua Tangan Ibumu

Posted On 11/03/2013 06:38:00 AM by achankoe | 0 comments

Sepenggal kisah dari teman ...

Ada Beribu Cinta di Balik Kedua Tangan Ibumu

Seorang pemuda melamar pekerjaan sebagai manager disebuah perusahaan besar. Ia lolos semua tes dan interview,hingga tiba saatnya ia berhadapan langsung dengan direktur diinterview terakhirnya.

Sang direktur melihat CV yang cemerlang. Ada nilai akademis yang mengagumkan. Direktur pun bertanya, "Apakah Anda menerima beasiswa disekolah?" Pemuda itu menjawab, "Tidak." "Apakah ayahmu membayar uang sekolah Anda?" tanya direktur itu lagi. "Ayah saya meninggal saat saya berusia satu tahun. Ibu sayalah yang membayar semua biaya sekolah," jawab pemuda itu.

"Ibu Anda bekerja di mana?"tanya Pak Direktur. "Ibu saya seorang tukang cuci baju," jawab pemuda tersebut.

Direktur tersebut meminta pemuda itu menunjukkan kedua tangannya. Saat melihat kedua tangan pemuda itu, sang direktur melihat kedua tangan yang halus dan sempurna.

"Anda pernah membantu ibu Anda mencuci pakaian sebelumnya?" "Tidak pernah. Ibu saya selalu ingin saya belajar, membaca lebih banyak buku. Lagipula, ibu saya bisa mencuci baju lebih cepat daripada saya," jawab sang pemuda.

Direktur itu mengatakan, "Saya ada permintaan. Saat Anda pulang nanti, pergi dan cuci kedua tangan ibu Anda, dan temui saya besok pagi."

Pemuda tersebut merasa peluangnya untuk mendapatkan pekerjaan ini cukup besar. Saat ia kembali ke rumah, ia meminta ijin pada ibunya untuk membersihkan kedua tangan sang ibu. Meski ibunya merasa heran, namun ia bahagia mendengar anaknya sepertinya akan bekerja. Ia pun menunjukkan kedua tangannya.

Sang anak membersihkan kedua tangan ibunya perlahan. Namun tanpa disadari, air matanya pun jatuh perlahan-lahan. Ini pertama kalinya sang anak menyadari kedua tangan ibunya sangat banyak kerutan, dan ada banyak lecet serta kulit mengelupas/bagian yang lecet terasa menyakitkan sehingga saat ia menyentuhnya, sang ibu akan mendesis kesakitan.

Ini adalah pertama kalinya sang pemuda menyadari bahwa kedua tangan yang mencuci pakaian setiap hari itulah yang mampu membuatnya seperti sekarang,membiayai uang sekolahnya.Lecet pada tangan ibunya adalah harga yang harus dibayar sang ibu demi pendidikan sang anak, kebutuhan sekolah dan masa depan.

Setelah membersihkan kedua tangan sang ibu, ia meminta ibunya untuk beristirahat setelah ia memeluk sang ibu. Diam-diam pemuda itu mencucikan semua sisa pakaian yang belum dicuci oleh ibunya.

Keesokan paginya, ia menemui direktur tersebut.Sang direktur menyadari mata pemuda yang sembab itu. "Dapatkah Anda menceritakan pada saya apa yang telah Anda lakukan dan pelajari kemarin di rumah Anda?"

Sang pemuda menjawab, "Saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan pakaian yang belum dicuci." Ia melanjutkan, "Saya tahu sekarang apa yang dimaksud dengan \'menghargai\'. Tanpa ibu saya,saya tak akan menjadi diri saya hari ini. Dengan membantu ibu saya, saya merasakan sulitnya mendapatkan dan menyelesaikan sesuatu dengan usaha sendiri.Dan saya harus menghargai nilai kebaikan dan usaha orang lain,terutama orang yang membantu saya."

Sang direktur menjawab, "Inilah yang saya cari dari seorang manager. Saya butuh orang yang bisa menghargai bantuan orang lain, orang yang paham usaha dan penderitaan orang lain untuk mendapatkan dan menyelesaikan sesuatu. Dan orang yang tidak hanya menjadikan uang dalam tujuan hidupnya," jelasnya panjang lebar. "Ya, Anda saya terima," ujarnya dengan penuh senyum.

Pilihan direktur ini tak sia-sia.Pemuda itu menjadi manager yang disukai oleh orang banyak.Ia bekerja keras menjalankan tugasnya, di samping ia dibantu oleh tim dan anak buah yang sama-sama rajin serta terinspirasi olehnya.

Sahabat..kata orang dulu, jangan jadi kacang yang lupa akan kulitnya. Tidak semua keberhasilan Anda semata-mata dari buah kerja keras Anda. Ingatlah, masih ada yang mendukung, masih ada yang menemani, bahkan masih ada yang membantu perjuangan Anda.Mereka juga mengusahakan yang terbaik bagi Anda, jangan lupakan mereka, hargailah mereka. Meski Anda tak membalas dengan materi, sudah cukup bagi mereka selama Anda tak melupakan mereka dalam hidup ini.

Semoga kisah ini bisa membuat kita menjadi sosok yang bijaksana.

Ya ALLAH ampunilah hamba &kedua orang tua hamba. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu aku masih kecil..

YA ALLAH..berilah hamba kesempatan tuk membahagiakan mereka..

Aamiin Ya Robbal Allamiin..

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Menggandakan Nafkah Hingga 700 Kali Lipat

Posted On 6/05/2013 03:33:00 PM by achankoe | 0 comments

Dari sebelah .....

Di Cipete Jakarta Selatan. Di sebuah sekolah dasar di sana, seorang pria penjual gorengan bernama Udin (bukan nama asli) berjualan.

Lonceng turun main, kira-kira akan berbunyi sepuluh menit lagi. Ia tengah memotong beberapa singkong untuk digoreng. Singkong seperti yang kita tahu, berbentuk tabung dan berkerucut pada ujungnya.

Biasanya sebuah singkong akan dipotong lima bagian. 4 bagian digoreng untuk dijual, sementara bagian ujung atau pentilnya disisihkan untuk dibuang.

Hari itu, Udin menggoreng kira-kira 5 buah singkong, dan pentil singkong yang tersisa pun berjumlah 5 karenanya.

Lonceng istirahat berbunyi,.............para siswa pun berhamburan ke luar kelas untuk jajan dan istirahat. Seorang anak kurus sambil menggigit jari berdiri di ujung gerobak Udin. Anak ini tidak membeli gorengan seperti siswa lainnya, juga tidak berbicara sepatah katapun.

Naluri Udin berkata bahwa anak ini tidak punya uang untuk jajan. Hati kecil menyuruhnya agar 5 pentil singkong yang ada diberikan saja kepada anak itu. Maka diambillah beberapa pentil itu. Ia masukkan ke dalam adonan tepung, kemudian digorenglah. Setelah matang, Udin menaruhnya di atas kertas lalu disodorkannya kepada anak itu.

Si anak senang bukan main. Senyumnya mengembang. Udin turut bahagia melihatnya. Belakangan, Udin tahu bahwa anak tersebut adalah seorang yatim yang baru saja kehilangan bapak.

Kejadian pagi itu terus berulang. Udin memberikan beberapa pentil singkongnya kepada anak yatim itu.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun hingga anak itu lulus dari Sekolah Dasar. Udin tidak merasa berat, sebab apa yang ia berikan kepada anak yatim itu, tiada lain adalah barang yang tiada berharga bagi siapapun. Dalam pengalamannya berjualan, tidak ada seorang pun yang mencari pentil singkong untuk dibeli. Bahkan bila dijual sekalipun dalam jumlah banyak, pastilah tidak akan laku.

Udin tak berkeberatan memberikan pentil singkongnya kepada anak itu. Bahkan untuk setiap hari!

Allah Swt akan membalas kebaikan seorang hamba bila ia membantu saudaranya bahkan hingga 700 kali lipat!

Lebih dari 30 tahun berselang setelah anak yatim itu lulus. Saat itu, Udin masih mengerjakan rutinitasnya setiap hari; yaitu berjualan gorengan di sekolah dasar yang sama. Maka berhentilah sebuah mobil mewah nan mengkilap tepat di depan gerobak Udin.

Seorang pemuda tampan turun dari mobil. Ia mengenakan setelan dan dasi yang bermerk. Rambutnya di sisir rapi dan mengkilat ditimpa sinar matahari.

Melihat calon pembeli dengan mobil bagus, Udin sigap membuka pembicaraan, “Mau beli gorengan, Den…?!” Pemuda itu tersenyum dan berkata, “Masa akang lupa sama saya?” Pertanyaan itu membuat Udin berpikir singkat, namun ia tidak menemukan jawaban. Udin lalu bertanya polos, “Memangnya…, Aden ini siapa ya?” Masih tersenyum, pemuda itu mengatakan, “Saya ini adalah anak pentil singkong, Kang!” Mendengar itu, Udin berucap tasbih. Rasa gembira terbit di hatinya melihat kesuksesan anak ini. Anak pentil singkong yang dulu kerap berdiri di pinggir gerobaknya.

“Masya Allah…. sudah sukses sekarang ya, Den?!” Udin bertanya sekali lagi. “Alhamdulillah, Kang!” jawab si Aden.

Udin lalu menggamit lengan si Aden, diajaknya masuk ke balik gerobak. Udin menyorongkan sebuah kursi kecil untuk duduk. Maka duduklah pemuda itu, sementara Udin meneruskan pekerjaannya…. menggoreng singkong, tempe dan lain-lain.

Sambil Udin bekerja, pembicaraan mengenai kenangan lama terulang kembali. Keduanya merajut rasa syukur kepada Allah Swt Yang telah melimpahkan anugerah tiada terkira. Pembicaraan tersebut terus berlanjut hingga berujung pada sebuah kalimat yang diucapkan sang pemuda.

“Akang… saya ke sini mau berterima kasih!” kata si pemuda. “Atas apa, Den?!” jawab Udin. “Berterima kasih atas kebaikan kang Udin kepada saya. Dulu kalau gak dikasih pentil singkong sama Akang, saya gak bakal bisa belajar dengan tenang. Kalau belajar gak tenang, saya gak bakal pintar. Kalau gak pintar, saya gak bakal bisa lulus sekolah dan sukses seperti sekarang…. saya ke sini mau berterima kasih ke kang Udin!”. Kalimat yang baru diucapkan oleh pemuda begitu tersusun dan membanggakan hati Udin. Namun Udin masih berkelit sambil berujar, “Den… sudah gak usah dipikirkan. Apa yang saya kasih ke Aden berupa pentil singkong itu kan gak berharga! Ngapain pake terima kasih segala. Lagian, kalo saya jual gak bakal ada yang mau…!” Udin mencoba merendah dan menolak pamrih.

Pemuda masih mengejar dengan satu pertanyaan lagi, dan ini membuat Udin menjadi bergidik. “Akang…, saya dan istri berniat haji tahun ini. Saya ingin Kang Udin dan istri mau menemani kami. Mau kan, Kang?”

Gemuruh rasa terjadi di dada Udin. Tidak pernah terbayang baginya akan ada seorang hamba Allah yang mengajaknya untuk menunaikan rukun Islam kelima. Udin pun mengiyakan, dan pemuda itu pun pergi meninggalkan Udin.

Udin dan istrinya berangkat haji. Seluruh biaya dan uang jajan keduanya ditanggung oleh si pemuda. Barangkali lebih dari Rp 60 juta yang dibayarkan olehnya. Udin dan istri lalu berangkat ke Baitullah, menunaikan semua ritual dan kewajiban dalam ibadah haji. Hingga ia dan istri kembali ke tanah air lagi dengan selamat.

Sesampainya di tanah air, banyak kerabat, saudara dan tetangga datang bersilaturahmi. Udin membagikan oleh-oleh berupa air zamzam, kurma dan banyak lagi.

Banyak orang senang menerima hadiah tersebut. Mereka pun banyak menanyakan pengalaman Udin dan istri selama berhaji.

Udin menjawab semua pertanyaan orang yang datang sebisanya. Hingga saat ada seseorang yang bertanya tentang bagaimana caranya kang Udin dapat berhaji bersama istri padahal usahanya hanya sekedar menjual gorengan.

Rupanya… banyak yang belum tahu dengan cara apa Udin berangkat haji. Dan memang, ia merahasiakan hal itu selama ini. Udin pun menjawab seadanya, “Dulu…, saya sedekah pentil singkong kepada seorang anak yatim, eh gak taunya dengan sedekah itu saya dan istri berangkat haji. Kalo tahu begini, coba dulu saya sedekah singkong beneran sama tuh anak…!”

Udin mencoba berkelakar dengan jawabannya, dan hal itu membuat hadirin tertawa terbahak mendengarnya. Dalam hati, Udin bersyukur kepada Allah Swt Yang Sungguh menepati janji kepada dirinya.

Sungguh Allah Swt Maha Kuasa untuk membalas amal seorang hamba, bahkan hingga 700 kali lipat atau lebih dari itu.

Bobby Herwibowo

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Istriku ...

Posted On 5/03/2013 01:28:00 PM by achankoe | 0 comments

Istriku ……

Saat ini kutulis, aku berdoa semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu sebagaimana doamu untukku selalu …

Ingatkah engkau, betapa bahagianya aku ketika engkau menerima pinanganku tiga belas tahun lalu, kala itu hatiku berkecamuk seolah-olah ingin mengatakan inilah bidadariku yang beberapa waktu lalu aku mimpikan, yang karena begitu indahnya mimpi itu hingga mampu membuatku tersenyum dalam kesendirianku.

Ingatkah engkau, ketika aku dipindahkan ke tempat yang jauh di seberang samudera sana, kalimat pertama kali engkau ucapkan ketika hatiku dalam kegalauan, “.. kini aku adalah istrimu, senang dan susah kita senantiasa bersama, suka dan duka kita jalani berdua, tidak aku membiarkanmu berangkat sendiri, aku akan senantiasa mendampingimu ..”. Tahukah engkau bagaimana perasaanku?, ingin rasanya kudekap dirimu dan tak kulepaskan lagi untuk selamanya, doaku ya Allah semoga Engkau jadikan kami menjadi mujahid-Mu di setiap medan juang da’wah.

Istriku ...

Ingatkah engkau, ketika kita meninggalkan orang tua kita dengan hanya perbekalan secukupnya?, piring cukup satu, panci cukup satu, kompor cukup satu?. Bagaimana galau kita ketika menapakkan kami berdua bersama di negeri yang hanya kita berdua merasakan gundah gulananya?, di negeri yang tidak memiliki sana famili, handai tolan? Tidak memiliki tempat tinggal? Hanya sesekali kita dapat bertemu pandang?, semua kita jalani bersama. Masih teringat jelas olehku ketika engkau meneteskan air mata demi merindukan orang tuamu, kerinduan yang memumcak?, apa dayaku? Hanya kepada Allah kita serahkan semuanya, Dia-lah yang menjadi saksi atas perjalanan hidup yang kita lalui bersama, jatuh bangun bersama.

Ingatkah engkau betapa bahagianya kita ketika menempati rumah kontrakan kita? Meski hanya berukuran 3 x 3 meter persegi?, disitulah kita membina rumah tangga kita, memasak, menjemur, tidur, dan bercengkerama bersama, meskipun orang lain melihat kita seolah berada dalam penderitaan hidup, tetapi terasa itulah surga kita berdua.

Ingatkah engkau, ketika betapa bahagianya kita ketika benih cinta kita mulai tumbuh, teringat jelas olehku bagaimana rona wajahmu yang cantik ibarat bulan purnama tersenyum menyambutnya? Dan bagaimana wajahmu tersebut memerah memendan duka yang sangat perih ketika Yang Maha Kuasa mengambilnya kembali dari kita?

Ingatkah engkau ketika engkau keluar dari kamar kecil dan engkau katakan padaku … “Kak, anak kita???!!!”. Ya, itulah ketika engkau mengalami keguguran yang pertama kali dan aku tidak mampu berbuat apa-apa untukmu, terasa aku adalah makhluk paling lemah dan bodoh dihadapanmu.

Ingatkah engkau, bagaimana perihnya hatiku ketika aku tidak mampu memberikan tempat yang layak untuk orang tua kita ketika beliau menjengukmu? Aku merasa gagal memegang amanahnya untuk menjaga dan melindungimu?

Istriku ….

Ingatkah engkau, bagaimana perasaan kita ketika kita diusir dengan halus hanya karena seseorang yang tidak menyukaimu hanya karena engkau melindungi auratmu? Dan akhirnya Allah SWT hantarkan pertolongan-Nya hingga kita memulai kembali menjalani kehidupan kita bersama di atas bukit? Di pondok kecil tanpa air? Disanalah kita berjuang, dalam suka dan duka. Bagaimana setiap pagi kita memikul air untuk persiapan siang dan malam hari? Memikul air di malam hari untuk persiapan di siang hari?

Ingatkah engkau, bagaimana tangisan kita berdua, berpelukan dalam duka yang dalam ketika mengetahui anak kita yang kedua kembali diambil oleh Yang Maha Kuasa. Tahukah engkau bagaimana dukaku yang mendalam ketika aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, putra kita, penerus perjuangan kita, diambil Yang Maha Kuasa dalam pelukanku? Yang dia dingin dan kaku dalam pelukanku, ayahnya yang tidak mampu melindunginya dari deruan angin yang dingin di atas motor ketika melaju ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya?

Ingatkah engkau, ketika engkau menangis dalam pelukanku dengan lirih engkau ucapkan “.. Kak, mana anak saya? ..” terasa itulah kegagalanku yang kedua kalinya dalam menjagamu.

Istriku …

Ingatkah engkau dengan perjuangan yang kita lalui bersama, cacian, makian, fitnah, sms, dan sebagaimana seolah-olah bertubi-tubi menghantam kehidupan kita? Yang seolah-olah kita hanya dua batang kara dan hanya Allah-lah pelindung dan tempat kita mengadu? Ingatkah engkau ketika itu semua terhapus dengan lahirnya putri kita? Putri yang kita harapkan akan menjadi penolong kita ketika di akherat kelak yang kita harapkan menjadi tabungan pahala. Betapa bahagianya aku ketika menatap kebahagiaan dari rona wajahmu? Terasa hidupku bersemi lagi ditengah-tengah medan jihad yang jalani.

Istriku …

Tahukah engkau betapa sedih dan perihnya hatiku ketika mendengar uraianmu? Uraian keperihanmu? Itulah saat yang kesekian kalinya aku merasa aku adalah manusia gagal. Terkadang termenung aku ketika melihat wajahmu yang halus yang menampakkan rona ketulusan meskipun aku tahu engkau pun merasakan keperihan atas beban hidupmu.

Istriku …

Tahukah engkau betapa bahagianya aku, ketika kita bersama bisa kembali ke kampung halaman kita?, kembali bersua dengan famili dan kerabat kita, bertemu rindu dengan orang tua kita? Aku berdoa kepada Allah SWT agar kembalinya kita merupakan awal kita menjalani kehidupan kita bersama, kehidupan yang telah menempa kita menjadi pribadi yang tegar.

Terbayang olehku bagaimana kita merajuk kembali kehidupan kita bersama putri-putri kita, menapaki jalan jihad bersama, membangun mahligai bersama dan mewujudukan baiti jannati, kehidupan yang mawadah wa rahmah.

Betapa hatiku senantiasa berkaca-kaca ketika ku menatapmu setiap kali aku kembali dari medan jihadku, hingga karena begitu terkesimanya aku terhadap dirimu sampai-sampai aku malu menatapmu ketika ku memasuki rumah kita? Ketika bercengkerama bersama bahkan ketika aku marah padamu.

Istriku …

Hanya doaku untukmu, semoga Allah SWT melapangkan hatimu untukku, engkau adalah belahan jiwaku. Pernahkah engkau membayangkan bagaimana bila belahan jiwanya tersakiti? Belahan jiwa menangis?

Istriku …

Betapaun besarnya cintaku padamu, ku yakin cintamu padaku masih melebihinya …. Harapanku, lapangkan sedikit saja hatimu untukku … Berikan aku kesempatan untuk menjadi manusia yang berguna dihadapanmu … Berikan aku kesempatan untuk mendulang pahala dari ketulusanmu … Berika aku kesempatan untuk menjadi orang yang engkau impikan ….

Istriku …

Aku hanya berharap bila engkau bermimpi tentang kesatria berkuda putih ……. Akulah orangnya ….

Istriku …

Apapun keadaannya, engkau tetaplah istriku, bidadariku, penyejuk hatiku, biarkan aku senantiasa berbaring dipangkuanmu …..

Suamimu.

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

RUMAH MASA DEPAN ....

Posted On 1/15/2013 11:22:00 AM by achankoe | 1 comments

HIDUP BARU .......

Lingkungan baru, kawan baru, tetangga baru ....

dan Insya Allah .... rumah baru ...

Terhitung sudah berjalan tujuh bulan sejak mutasi dari Pulau Batam, Kepulauan Riau menuju ke Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Anak dan Istri semua ngekor bedol keluarga kali namanya ...

Tanggal 24 Juni 2012 pukul 23.00 Wita, menginjakkan kaki di Bandara Sepinggan, Balikpapan, sesudah sekitar dua mingguan ditampung di rumah family, di Perumahan Telaga Mas Blok A 10, Sepinggan, Balikpapan Selatan akhirnya untuk sementara sewa dulu di Blok K 3 di perumahan yang sama sambil nunggu rumah masa depan selesai di bangun ........

Nah ini dia, Kaka Nadhya plus Kakak Afia, sedang mengabadikan bakal lahan rumah masa depan kami, berpose membelakangi lahan calon rumah baru, masih tanah kosong ....

Semoga cepet selesai ....

Nah kalo ini, masa-masa peletakan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan pondasi rumah kami ...

Nah kalo ini, dah mulai dah, naek dinding, terus .... terus .... teruuuuus ... moga-moga lancar, situasi dan kondisi Insya Allah mendukung ....



Akhirnya rampung sudah pembangunan "badan rumah" .... tinggal tunggu tahap berikutnya, .... pemasangan atap rangka baja, pemasangan ubin, plesteran lantai, dan seterusnya ...... semoga cepat selesai dan mohon doa restu ...

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

KISAH NYATA ARIF SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS

Posted On 1/15/2013 07:26:00 AM by achankoe | 0 comments

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.

Well, ......... akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi.Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi. Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut.

Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya. "siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di empat itu.

"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi.

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!

Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.

Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnya singkat. Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain. Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan Indonesia!

Sumber : http://sad-ewing.staff.ugm.ac.id/hikmahdetail.php?id=30

Oleh Reza Gardino naskah 08 Juni 2007

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Via Angkot ... Sepinggan - Manggar - Gunung Tembak PP

Posted On 8/31/2012 09:12:00 AM by achankoe | 0 comments

Nah tahu-tahu sudah sampai di Pasar Gunung Tembak, langsung beli gado-gado, .... kapan naek angkotnya ya? koq tahu-tahu sudah di Pasa Gunung Tembak? ... Gile banget, .. tuh lontong segede gaban di pinggiran meja sapa yang mau ngabisin? Daripada lebaran tahun ini nggak ada acara mudik, mendingan adek ama kakak naek angkot keliling-keliling ikut rute Sepinggan - Manggar - Gunung Tembak PP ....
Nah ini dia, perjalanan dimulai jam 09.00 WITA,tanggal 22 Agustus 2012 ... dimulai dari jalan kaki dari rumah di Komplek Telaga Emas Blok A - 10, Sepinggan, Ballikpapan, ... lumayanlah kakak-adek plus abi jalan kaki sekitar satu kilo-an .... trus naek angkot jurusan Terminal Damai - Gunung Tembak PP .... Tuh semua milih duduk sederet di belakang, sambail bawa kue bolu ama minuman .... Ngomong-ngomong tuh Kakak Nadhya ama Kakak Fathiyah lihat apaan ya? klo Kakak Afia lagi serius ...
Duh Kakak Afia serius sekali, .... keqnya dah nggak naham mo santap habis tuh lontong segede gaban plus gado-gadonya? ato keheranan lihat tuh lontong segeda gaban?
Oi ... Kakak! .... tunggu dong, ... nih Kakak Afia ketinggalan, ... ntar nyasar di Gunung Tembak, .. kan kita sudah mau pulang, mau tunggu angkot yang mo balik ke arah Sepinggan ... nunggunya kan nggak di Pasar, klo di Pasar ntar lama ngetemnya, soalnya tunggu penuh dulu, jadi nunggunya di jalan aja, stop angkot yang sudah mau jalan, jadi nggak lama nunggunya, ... soalnya dah lapar mo makan gado-gado ama rujak ...
Nah kalo ini di jembatan Manggar, kakak-kakak lagi mejeng dijembatan, sambil cari tempat untuk ngisi perut pake rujak sama mau cari sarapan, kan sudah lapar ..... tuh banyak kapal nelayan, tapi sayang ya nggak bisa naek, soalnya nggak ada yang kenal sih .... hihihihiihh ... makanya kenalan dulu dong! ...
Alhamdulillah ... sudah dapet warung soto, kakak-kakak pada haus, ada yang makan rujak, ada yang minum air tebu asli, ... sambil tunggu soto yang lagi dipesan .... hhhhmmmmmmm ..... sedaaaaap ....
Ayo kakak Afia ..... santaaaaaaaaaaaap !!!!! ... soalnya kita sudah mau pulang nih, hujannya sudah mau turun ...
"hehehehehhe ... Umi dah telepon terus....."

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Kampung Patam Lestari, Kampung Melayu ..

Posted On 3/26/2012 11:08:00 AM by achankoe | 0 comments


Kampung Patam Lestari, Kecamatan Sekupang, Batam, Kepulauan Riau ....... Perkampungan ....Perkampungan dengan mayoritas penduduk adalah suku Melayu, dengan mata pencaharian mayoritas sebagai nelayan .....

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post